Senin, 12 April 2010

ANTARA AKU DAN PRESIDENMU

Untuk siapa dan untuk apa perjuanganmu memakzulkan Presiden?
Agar dia jatuh dan kemudian seekor buaya lain duduk di singgasananya?
Ataukah kau berpikir itu untuk reformasi dan demokratisasi di negaramu ini?

Pikirkan ulang dengan sebaik-baiknya.
Apakah yang kau maksudkan dengan reformasi dan demokratisasi?
Apakah kau pikir itu akan merubah hidupmu, menjadikan kesejahteraanmu semakin baik, atau engkau akan diperlakukan adil dalam kerja, aktifitas dan ketika diadili?

Apakah yang engkau cari dari reformasi dan demokratisasi?
Cukupkah itu ketika engkau hanya berharap agar kehidupanmu lebih baik di masa depan?

Aku katakan kalaulah Soeharto hidup kembali, menjanjikan dan lantas betul-betul memberikan kehidupan engkau yang lebih baik dari sekarang, apakah engkau akan mengikutinya?

Pikirkankanlah ulang kembali, baik-baik, apakah yang engkau maksudkan dengan memakzulkan Presiden.

Oh, mungkin engkau mengira, kehidupan berbangsa dan bernegara akan menjadi lebih jujur, lebih memihak rakyat banyak, menjadikan orang-orang miskin terjamin dan punya harapan untuk hidup dan mengais rezeki. Betulkah itu? Kau pikir, makzulnya Presiden itu akan menjamin itu?

Atau seandainya, gara-gara makzulnya Presiden, itu semua terjadi, lantas apa selanjutnya?

Oh, mungkin juga engkau bermaksud revolusi, mengubah semua tatanan dalam bingkai hitam putih, buruk dan baik. Apakah yang engkau maksudkan dengan revolusi itu, wahai sahabatku? Apakah yang akan terjadi kepada dirimu setelah itu revolusi itu terjadi.

Oh, mengapa engkau menjawab, dirimu itu tak penting, melainkan hiduplah yang penting? Ketika engkau melihat orang lain berbahagia, itulah keutamaan, katamu. Dan engkau mengatakan, kebahagian orang lain adalah kebahagiaan dirimu.

Maha suci Tuhan, maha besar dia, karena aku mendengar keluhan di balik kata-katamu. Aku merasakan rintihan kalau engkau pun ingin bahagia. Engkau rupanya ingin agar orang lain pun bisa turut membahagiakanmu.

Sahabat, lihatlah lagi dalam-dalam dirimu. Setelah itu, marilah kita berbincang-bincang lagi soal memakzulkan Presidenmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar